6 tahun yang lalu, saya juga merasakan hal yang sama dengan mereka, tapi,jujur saja,tidak seberat mereka. Kala itu, hanya ada 2 praktikum, Anatomi Gigi dan Kimia. Seingatku, saya masih sempat melepaskan penat sehabis kuliah di mall atau chatting dengan teman lama. Namun bagi mereka, jam 10 malam pulang ke rumah pun sudah dianggap hal biasa. Padahal jam segitu, seyogyanya mereka sudah ada di rumah, belajar dan mengulang kembali pelajaran yang diberikan dosen tadi pagi. Mungkin masih bisa dimaklumi kalau mereka jam segitu untuk belajar kelompok atau tenteran. Tapi, kalau hanya untuk menunaikan kewajiban, seperti membuat (atau malah menyalin laporan temannya), mencari asisten, memperbaiki laporan yang dipantul asistennya, dan bla bla...; nonsens!!! Saya yakin, tidak ada satupun ilmunya yang nyangkut di kepalanya.
Apalagi, waktu libur mereka, Sabtu (atau Minggu juga?!) dimanfaatkan untuk pengkaderan, atau istilahnya mereka, follow up. Entah ilmu mana lagi yang merecoki mereka. It's okey...kalau hanya satu atau dua bulan. Tapi, kalau untuk satu semester,saya rasa mereka belum cukup berkompetensi untuk itu. Yang mereka butuh, menurutku (lagi-lagi menurut saya..!!) adalah adaptasi dan bimbingan mengenai ilmu dan terapan yang nantinya mereka pakai jadi dokter gigi kelak.
Kasihan mereka..atau malah beruntung. Karena kini mereka sudah bisa menyandang gelar SKG-nya dalam jangka waktu cukup singkat.. hanya 3 tahun.Toh,sakit-sakit berdahulu,bersenang-senang kemudian.
Haa...ternyata, ini jawabannya. Mengapa soal dasar pun mereka tidak mampu untuk menjawab. Untuk membedakan mana yang mesial dan distal di gigi Incisivus pun mereka sulit. Uff...!!